Supu' (58) mengolah kapur hasil pembakaran di Pinrang, Sabtu (02/10/2010) siang. Kegiatan pertambangan batu kapur ini sudah berjalan bertahun-tahun dan terletak di Kelurahan Tellu Limpoe, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
Cerita Getir Penambang Kapur di Kabupaten Pinrang
Siang itu, Sabtu (02/10/2010) matahari dengan leluasa memancarkan cahayanya, matahari siang tadi begitu menyengat. Di sebuah penambangan batu kapur di Kelurahan Tellulimpoe, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, seorang lelaki tua dengan rambut memutih sedang bergelut dengan bongkahan-bongkahan batu cadas berwarna putih. Suara martil beradu dengan batu cadas terdengar sahut-sahutan.Kala matahari terik menyinari, Supu' (58), nama lelaki tua itu, tetap mengerjakan pekerjaannya sembari bercanda dengan rekannya. Tubuhnya yang sudah renta tak menyrutkan semangatnya untuk terus menempa dan memproses batu cadas tersebut menjadi tepung kapur.
Supu mengatakan, kegiatan ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan turun-temurun. Dahulu pengelolaan batu kapur dilakukan secara tradisional oleh keluarga. Namun kini telah banyak pabrik dengan alat-alat modern yang mendominasi usaha pengolahan kapur di kawasan ini.
Proses pembakaran dimulai dengan cara melapisi batu kapur dengan selapis batu bara. Dan pembakarannya dilakukan selama seminggu.
Proses yang panjang ditambah tenaga yang terbuang dihargai dengan Rp 5.000 /5 kg kapur. Jumlah ini tentu tidak sebanding dengan dampak kesehatan yang diakibatkan, udara yang bercampur dengan debu kapur dan asap pembakaran.
Kerap kali Supu dan rekannya mengeluh sesak napas karena menghirup butiran-butiran kapur yang beterbangan.
Tapi apa boleh buat, hidup harus tetap berjalan. Dan setiap hari, Supu dan penambang kapur lainnya harus terus menempa bongkahan-bongkahan kapur untuk hidup yang lebih baik.
Selengkapnya :
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/130606/Cerita_Getir_Penambang_Kapur_di_Kabupaten_Pinrang