Junaedi Ade Putra (10) berjalan sembari menawarkan koran di koridor
Kampus Unhas, Rabu (01/09/2010)
Acho Si Bocah Pengecer Koran
Kampus Unhas, Rabu (01/09/2010)
Acho Si Bocah Pengecer Koran
PAGI itu mentari sibuk memberikan sinar hangatnya, awan ikut membantu mengatur melodi sinar-sinarnya, angin pun ikut bercengkrama bersamanya. Dari kejauhan di ujung sebuah koridor di Unhas, tampak berjalan seorang bocah dengan rangselnya yang besar sembari menenteng beberapa koran.
Satu demi satu mahasiswa yang duduk ia tawari koran, " Koran kak.., koran kak...!!!" suaranya lantang. Junaedi Ade Putra (10), itulah nama lengkapnya. Begitulah hari-hari yang dilalui oleh anak ke-2 dari enam bersaudara ini. Acho, nama sapaannya, ia tampak bugar dan tidak pernah mengeluh setiap hari. Bahkan tanpa lelah, ia harus berjuang sendirian mengelilingi koridor demi koridor yang ada di kampus merah itu untuk menjual koran.Keinginannya bersekolah seperti anak-anak di usianya harus ia kubur dalam-dalam. Orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya.
Ia paling pantang membuka kedua telapak tangannya untuk meminta uang, dan ini ia buktikan dengan menjual koran yang seharinya hanya mendapatkan upah Rp20.000 per hari. Itu pun kalau koran yang ia jual semuanya laku.
Selengkapnya :
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/125977/Acho-Si-Bocah-Pengecer-Koran